Web Warouw | Rabu, 21 November 2012 - 14:03:08 WIB

(dok/SH)
(dok/SH)
Buruh meminta presiden tidak menandatangani Rancangan Peraturan Pemerintah tentang BPJS.
JAKARTA –
Warga dan buruh se-Jabodetabek yang tergabung dalam Front Nasional
Tolak Sistem Jaminan Sosial Nasional Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial, Rabu (21/11) siang, ini menggelar unjuk rasa ke Gedung DPR
Senayan dan Istana Negara. Aksi serupa terjadi di sejumlah kota besar
seperti Medan, NTB, Tangerang, Bandung, Karawang, Bogor, Semarang dan Surabaya dsb.
“Kami menyerukan agar presiden tidak
menandatangani Rancangan Peraturan Pemerintah tentang BPJS yang akan
menyengsarakan seluruh rakyat dan buruh Indonesia. Kami menolak upah
dipotong dan menolak bayar iuran,” kata Ketua Presidium Front
Nasional, Bambang Wirahyoso (Ketua Umum SPN) di tengah pengumpulan massa di Hotel
Indonesia, Jakarta Pusat.
Ketua Dewan Kesehatan Rakyat (DKR)
Jabodetabek, Roy Pangharapan menambahkan, Rancangan Peraturan
Pemerintah yang akan ditandatangani oleh presiden berisi kewajiban
rakyat membayar iuran Rp 22.200 per orang per bulan dan pemotongan
upah buruh, PNS, TNI/Polri sebesar 2-5 persen per bulan.
“Namun, kalau sakit, tetap harus
bayar sesuai dengan tarif karena yang ditanggung hanya pelayanan
medis dasar yang bisa dilakukan di puskesmas. Walaupun iuran rakyat
miskin dibayar pemerintah, kalau sakit tetap ditarik bayaran,”
ujarnya.
Ketua Umum Front (FNPBI) Lukman Hakim
menegaskan bahwa untuk itu presiden harus segera membatalkan
Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan
Undang-Undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
menggantikan dengan peraturan presiden pengganti undang-undang
(perppu) yang membebaskan rakyat dari pembayaran iuran dan biaya
kesehatan.
Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN),
Djoko Haryono menegaskan, agar kaum buruh bersiap-siap menarik iuran
yang selama ini dibayarkan ke Jamsostek, karena uang buruh tersebut
juga akan diambil alih BPJS.
“Kaum buruh jangan lagi mau ditipu
anggota DPR, pimpinan elite buruh dan aktivis gadungan yang seolah
membela buruh, padahal membohongi buruh agar nanti bayar iuran. Kita
harus segera bersiap-siap mengambil kembali iuran Jamsostek yang
puluhan tahun sudah kita bayar,” ia menegaskan.
Pengunjuk rasa siang ini terdiri dari
Serikat Pekerja Nasional (SPN), Dewan Kesehatan Rakyat (DKR), Front
Nasional Perjuangan Buruh Indonesia (FNPBI), Serikat Buruh Seluruh
Indonesia (SBSI) 92, Federasi Serikat Pekerja BUMN, Serikat Rakyat
Miskin Indonesia (SRMI) dan 20 organisasi lainnya.
Presiden KSPI
sekaligus Presidium MPBI Said Iqbal saat dikonfirmasi SH, Rabu pagi
menjelaskan, dalam dua hari ke depan, situasi Jakarta akan semakin
memanas menyusul adanya dua rencana aksi demo buruh yang melibatkan
puluhan ribu orang.
Pada Rabu, sekitar puluhan ribu hingga ratusan ribu buruh dari Serikat Pekerja Nasional (SPN) dan Front Nasional dijadwalkan menggelar aksi di depan Istana Negara, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Pada Rabu, sekitar puluhan ribu hingga ratusan ribu buruh dari Serikat Pekerja Nasional (SPN) dan Front Nasional dijadwalkan menggelar aksi di depan Istana Negara, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Keesokan harinya,
aksi demo buruh yang akan digelar oleh Konfederasi
Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Majelis Pekerja Buruh Indonesia
(MPBI) yang akan melibatkan sekitar 50.000 perwakilan buruh dari
seluruh Indonesia.
"Besok kita akan turun aksi dengan melibatkan
50.000 orang dengan titik kumpul di Bundaran HI pukul 10.00
dilanjutkan long march menuju Istana
Negara, Kantor Gubernur DKI, dan DPR," katanya.
Turunkan 19.577 Personel
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya,
Kombes Rikwanto, Rabu siang mengatakan, pihaknya menyiapkan 19.577
personel untuk mengamankan Ibu Kota Jakarta dari unjuk rasa buruh
pada Rabu hingga Kamis (21-22/11).
"Pengamanan terdiri dari 4.316
personel Polda Metro Jaya, Polres (kepolisian resort) beserta jajaran
menurunkan 6.868 personel, BKO Mabes Polri menurunkan 4.241 personel,
BKO TNI 3.610 personel, pemerintah daerah 550 personel,"
tuturnya.
Ia menambahkan,
khusus pengamanan di Monas dan Istana, Polda menurunkan 3.600
personel. Di Gedung DPR/MPR Senayan disiagakan 2.811 personel, dan di
Bundaran Hotel Indonesia disiapkan 550 personel. (Moh Ridwan/Toar S Purukan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar